Bulog Diminta Segera Turunkan Harga Minyak Goreng Curah

Bulog sebaiknya langsung kerja ekstra keras dan segera mempersiapkan distribusi minyak goreng curah dengan baik.

Bulog Diminta Segera Turunkan Harga Minyak Goreng Curah

Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI Mulyanto. (Biro Pemberitaan DPR RI)

Wowsiap.com - Bulog diminta untuk tidak banyak berwacana dan obral janji. Khususnya terkait upaya normalisasi harga minyak goreng curah. 

“Bulog sebaiknya langsung kerja ekstra keras dan segera mempersiapkan distribusi minyak goreng curah dengan baik,” kata Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahter DPR RI Mulyanto di Jakarta, Jumat (13/5).

Dia juga mendesak agar minyak goreng curah itu sampai ke tangan masyarakat yang berhak. Sehingga, dia tidak ingin Bulog jangan tenggelam pada birokrasi dan koordinasi antar kementerian.  

“Saya meminta Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan mempercepat proses kerja Bulog. Termasuk pengaturan kebijakan teknis dan koordinasi serta penyiapan pendanaan, sebagai modal kerja pembelian minyak goreng dari produsen,” ujarnya.

Sebab, argometer kebijakan pelarangan ekspor crude palm oil (CPO) berjalan terus. Apalagi dengan harga mahal yang harus dibayar pemerintah.

“Amanat kepada Bulog kan sudah hampir tiga minggu (28/5). Namun tata niaga minyak goreng curah di lapangan tidak memperlihatkan perubahan yang berarti,” tandasnya.

Selain itu, minyak goreng curah masih langka dan harga masih jauh di atas harga eceran tertinggi (HET).  Menurut data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per Kamis (12/5), harga minyak goreng curah masih bertengger di angka Rp 19.000 per kg dengan HET sebesar Rp 15.500 per kg.

“Saya mendapat laporan, di pasar muncul berbagai merek baru minyak goreng kemasan.  Artinya, kemungkinan terjadinya re-packing minyak goreng curah menjadi minyak goreng kemasan, sangat terbuka,” tegasnya.

Penyimpangan
Belum lagi peluang terjadinya penyimpangan minyak goreng curah ke pihak yang tidak berhak. Antara lain seperti industri makanan dan minuman, perhotelan serta pariwisata.

“Selain itu dari sisi produksi juga tidak jelas. Dimana berapa banyak minyak goreng curah yang sudah digelontorkan. Jangan-jangan masih jauh di bawah target komitmen yang ditetapkan,” ucapnya.

Sementara penyelundupan CPO dan turunannya ke negara tetangga, makin marak. Bila hal itu benar, maka menjadi wajar saja kalau harga minyak goreng curah belum juga turun.

“Meski pelarangan ekspor CPO sudah lewat tiga minggu. Sementara para petani sawit rakyat sudah pada berteriak, bahkan menyatakan akan berdemo ke istana. Hal itu karena harga tandan buah segar (TBS) mereka yang anjlok menjadi hampir Rp. 1000 per kg di saat harga pupuk yang tinggi,” tuturnya. 

Belum lagi devisa negara hilang per hari sekitar Rp 1 triliun dari potensi ekspor CPO dan turunannya. 

minyak goreng curah CPO HET sawit