Kalau betul pemerintah jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) apakah itu Pertalite atau Pertamax, rakyat kecil yang kena. Harga barang bakal naik lagi.
Antrian di spbu
Alasan agar anggaran tak jebol, pemerintah mengklaim kenaikan harga BBM adalah satu-satunya solusi. Ketua Komisi VII DPR, Sugeng Suparwoto mengaku miris dengan rencana kenaikan harga BBM. Karena akan memukul daya beli masyarakat yang saat ini belum 'baik-baik saja'.
Opsi kenaikan harga BBM seiring dengan sikap Badan Anggaran (Banggar) DPR yang tidak memberikan sinyal penambahan kuota BBM bersubsidi yakni Pertalite dan Solar untuk tahun ini.
Menurut Sugeng, pemerintah perlu mempertimbangkan ulang rencana kenaikan harga BBM. Mengingat tanpa kenaikan saja, dampak akibat pandemi covid-19 sudah luar cukup biasa bagi perekonomian RI.
"Sejauh ini komisi VII tetap memperlihatkan dan fokus bagaimana kemampuan daya beli masyarakat. Komisi VII sejujurnya takut sekali kalau BBM naik dan listrik akan mempengaruhi harga barang dan jasa yang luar biasa naik, karena tanpa kenaikan harga BBM saja kita sudah merambat naik, itu yang harus kita tekankan," ujar Sugeng di Gedung DPR, Selasa (16/08/2022).
Sedangkan pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi punya hitung-hitungan terkait rencana pemerintah menaikkan harga BBM. Untuk Pertalite, dia mengusulkan agar naik Rp2.500 menjadi Rp9.250 per liter.
"Idealnya, Pertalite naik Rp2.500 menjadi Rp9.250 per liter," kata Fahmy, Jakarta, dikutip Rabu (17/8/2022).
Lalu bagaimana dengan harga BBM nonsubsidi yakni Pertamax? Masih kata Fahmy, idealnya diturunkan dari harga saat ini Rp12.500 menjadi Rp10.750 per liter. Artinya, disparitas dari kedua jenis BBM itu sebesar Rp1.500 per liter.
"Usulan saya, harga Pertamax diturunkan Rp1.750 menjadi Rp10.750 per liter," kata dia.
Dengan disparitas (perbedaan) harga yang tidak terlalu tinggi, yakni Rp1.500 per liter, lanjut Fahmy, mencegah migrasi konsumen Pertamax ke Pertalite. Sehingga masyarakat dengan suka rela mengonsumsi Pertamax.
"Kenaikan Pertalite sekaligus menurunkan harga Pertamax agar disparitas keduanya maksimal Rp1.500. Tujuannya untuk mendorong konsumen Pertalite migrasi ke Pertamax," tutur dia.
Selain strategi penyesuaian harga ini, dia mengingatkan, perlunya Pertamina mensosialisasikan penggunaan Pertamax kepada konsumen. Bahwa Pertamax membuat usia mesin semakin lama serta lebih ramah lingkungan.
Kombinasi kebijakan tersebut dinilai akan meringankan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk membayar kompensasi dan subsidi energi. Mengingat tahun ini pemerintah telah menganggarkan Rp502 triliun. "Dengan kebijakan strategi harga dan pembatasan BBM subsidi, beban subsidi energi dapat diturunkan," kata dia.