Bisa jadi, bisnis yang saat ini paling sengsara adalah airlines alias transportasi udara. Lho kok bisa?
Bisnis airlines tiarap
Saat pandemi COVID-19, pendapatan seret karena tak ada penumpang. Kini, baru mau pulih dihantam avtur mahal.
Pengamat penerbangan Alvin Lie, mengatakan, industri penerbangan nasional, saat ini, benar-benar babak belur. Baru saja diguncang pandemi COVID-19, sekarang harus menghadapi tantangan baru. Ya itu tadi, harga avtur yang mahal.
"Maskapai penerbangan mengalami 2 tahun guncangan karena pandemi COVID-19, kembali diberi guncangan atas kenaikan harga avtur," ungkap Alvin Lie, Jakarta, dikutip Rabu (21/7/2022).
Kalau avtur mahal, lanjut mantan anggota Ombudsman RI ini, biaya operasional maskapai, jelas naik. Sedangkan tarif airlines atau tiket pesawat diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) No. 20/2019. Tentu saja, besaran tarifnya menyesuaikan dengan harga avtur pada 2019 yakni Rp10.845 per liter.
Alvin Lie menjelaskan, sebenarnya avtur sudah diproduksi di dalam negeri akan tetapi bahan bakunya masih impor. Dia selaku asosiasi, mengajak pihak-pihak yang berkepentingan untuk bersama mencermati fenomena yang ada untuk bisa mengatasi kemahalan harga tersebut.
“Dengan kemahalan avtur ini bisa berdampak kepada harga tiket dan juga harga avtur ini bisa terus naik,” jelasnya.
Mengutip data dari Pertamina, harga rata-rata avtur di Bandar Udara Soekarno-Hatta sudah naik 55,38 persen selama Januari-Juni 2022. Pada Januari 2022 harga rata-rata avtur tercatat sebesar Rp10.654 per liter.
Kemudian di bulan berikutnya harga terus naik hingga mencapai Rp16.555,88 per liter pada Juni 2022.
Jadi jangan heran kalau banyak maskapai penerbangan nasional yang megap-megap saat ini. Agar tetap beroperasi harus menumpuk utang.