KKP Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Berbendera Malaysia, Selamatkan Potensi Kerugian Rp19,9 Miliar
Tangkapan layar Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta dalam diskusi Gelora Talk bertema Heboh Gonjang Ganjing Tunda Pemilu: Apa Kata Survei, , Rabu (23/3). (Foto: Sakti)

Wowsiap.com – Tindakan para elit politik yang terus menerus mewacanakan penundaan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, dinilai jauh lebih berbahaya. Bahkan dibanding dengan wacana penundaan pemilu itu sendiri.

“Dimana bahaya dari situasi tersebut adalah elit politik dan siapapun yang berada di balik ide penundaan pemilu, benar-benar sudah terlalu jauh jaraknya dengan perasaan dan pikiran rakyat,” kata Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta, Rabu (23/3).

Hal itu disampaikannya dalam diskusi Gelora Talk bertema Heboh Gonjang Ganjing Tunda Pemilu: Apa Kata Survei? Sebab menurutnya, elit politik seakan berada di alam yang lain, sementara rakyat berada di alam yang berbeda dan seperti entitas yang hidup di alam yang tidak sama. 

“Hal ini sangat berbahaya, karena menunjukkan bahwa yang kita hadapi ini sebenarnya elit yang tidak memahami masalah. Namun kemudian ingin mengorbankan kepentingan bangsa, dengan mendahulukan kepentingan jangka pendek,” ujarnya.

Karena tidak ada alasan yang memadai untuk melakukan penundaan pemilu, maka dorongan penundaan pemilu pasti dilatari oleh agenda tersembunyi. Dimana bersifat terbatas pada kelompok tertentu dan sangat jangka pendek.

“Ini yang menurut saya jauh lebih merusak daripada sekedar wacana penundaan pemilu. Apa yang paling buruk dari situasi sekarang adalah betapa jauhnya elit dari rakyat,” tandasnya.

Gagal
Dia juga yakin, wacana penundaan pemilu akan gagal dengan sendirinya. Karena selain terlihat ada agenda tersembunyi, bersifat jangka pendek dan terbatas pada kelompok tertentu saja, ongkosnya adalah mengorbankan kepentingan bangsa yang lebih besar.

“Yaitu menjaga stabilitas demokrasi. Krisis ekonomi justru bukan alasan untuk menunda pemilu, justru kadang-kadang terjadi alasan untuk mempercepat. Karenanya, bila ada krisis dan tidak selesai, artinya pemimpin tidak bisa menyelesaikan krisis,” tegasnya.

Selain itu, kata dia, berbedanya pernyataan elit dengan masyarakat yang sangat jauh, menunjukkan sudah tidak ada koneksi kejujuran dan emosional antara elit dengan rakyatnya.

“Hal ini menyimpan benih tertentu bagi pergolakan sosial yang lebih buruk. Hal itu akan terjadi dengan sendirinya, tanpa Gelora harus memimpin,” imbuhnya. Terlebih, tidak ada alasan apapun yang memadai untuk melakukan penundaan pemilu.

Baik alasan ekonomi, politik, hukum maupun pandemi Covid-19. “Tidak ada satupun alasan dari yang disampaikan para elit, yang bisa digunakan untuk melakukan penundaan pemilu,” tukasnya.