KKP Tangkap Dua Kapal Ikan Asing Berbendera Malaysia, Selamatkan Potensi Kerugian Rp19,9 Miliar
Anggota Komisi VI DPR dari PDIP, Darmadi Durianto

Wowsiap.com - Sejumlah perusahaan rintisan atau startup tanah air satu persatu mulai berguguran.

Di awal, perusahaan rintisan biasanya gencar melakukan bakar duit. Investor pun silih berganti, datang dan pergi. Asal sudah cuan mereka pun kabur. 

Kini, sontak publik dikagetkan dengan fenomena ini pasalnya dalam waktu belakangan ini keberadaan startup tanah air digadang-gadang atau dielu-elukan sebagai perusahaan yang dapat berkontribusi banyak terhadap roda perekonomian namun fakta berbicara lain.

Anggota Komisi VI DPR, Darmadi Durianto mengatakan, kejayaan starup-startup tanah air hanya semu belaka.

"Skema bakar duit yang mereka lakukan selama ini serta praktik predatory pricing (mereduksi harga pasar) jadi faktor utama dibalik bergugurannya bisnis startup," kata Darmadi kepada kepada wartawan, Sabtu (18/6/22).

Selain itu, lanjut dia, faktor lainnya yang menyebabkan startup-startup tanah air bertumbangan karena mereka tidak mampu membaca psikologi dan karakteristik pasar.

"Startup tidak mampu menciptakan konsumen loyal. Implikasinya jika tidak ada loyalitas dari konsumen otomatis keberlangsungan suatu bisnis dipastikan akan stuck bahkan hancur. Startup hanya menciptakan masyarakat yang sifatnya switcher (suka berpindah-pindah) terutama berpindah karena harga murah," papar Bendahara Megawati Institute itu.

Menurutnya, fondasi konsumen yang diciptakan oleh pemain unicorn tersebut sangat rapuh sehingga tidak heran mereka tidak bisa mencetak laba.

"Tujuan utama mereka hanya mau menghisap uang dari masyarakat saat mereka nanti Initial Public Offering (IPO) dengan menpercantik valuasi perusahaan mereka sehingga menarik minat publik," beber dia.

Bakar duit dan predatory pricing yang dibungkus dengan strategi sebenarnya hanya aksi akrobatik saja guna menggaet masyarakat untuk kemudian bisa tertarik ketika ada IPO.

"Padahal strategi semacam itu mencerminkan kemalasan dan ketinggalan jaman. Terlalu instant hanya dengan memberikan cash back, diskon besar atau gratis ongkir. Selama ini strategi semacam itu menjadi andalan mereka, tapi mereka lupa akhirnya strategi tersebut hanya menghasilkan konsumen oportunis," ucapnya.

"Ujung-ujungnya teknik strategi kamuflase ini bisa membuat masyarakat tertarik membeli saham mereka dan masyarakat akan kehilangan uang akibat sahamnya jatuh setelah IPO. Contoh Bukalapak, GoTo," tukas Politikus PDIP itu.